Aksi hipnosis yang digunakan untuk kejahatan belakangan ini masih marak. Sebutlah kasus Suhendrik (26), warga Cirebon yang menjadi korban kejahatan hipnotis di Taman Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (24/11/09) siang, seperti yang diberitakan kompas.com. Menurut Suhendrik, seorang pria berambut panjang yang dikuncir dan mengenakan kaus, mengajak ngobrol dan kenalan. Lalu mendadak ia tak sadarkan diri. Dia menuruti saja apa kemauan kenalannya. Setelah berapa lama, Suhendrik sadar bahwa semua barang bawaannya, seperti laptop, ponsel, dompet berisi sejumlah uang, dan jam tangan hilang.
Nah, bagaimana agar kita terhindar dari gendam? Berikut wawancara singkat dengan Willy Wong, pakar hipnosis dan salah satu penulis buku Dasyatnya Hipnosis. Willy coba memberikan tip agar terhindar dari aksi hipnosis yang digunakan untuk kejahatan.
Bisakah kita mengenali bahwa orang itu memiliki keahlian gendam? Apa ciri-cirinya?
Sebenarnya gendam tidak berbeda dengan kegiatan hipnosis. Namun gendam merupakan kaidah hipnosis tradisional yang konon untuk mempelajarinya perlu menggunakan mantra-mantra, dan prasyarat-prasyarat lainnya. Meskipun nantinya banyak ahli menyimpulkan bahwa mantra dan kegiatan tersebut hanyalah untuk membangkitkan rasa percaya diri si pengguna, yang bahkan dapat dilakukan oleh siapapun tanpa menggunakan mantra dan kegiatan-kegiatan lain tersebut, ASALKAN pengguna mempunyai kepercayaan diri yang baik.
Sehingga setiap orang dapat melakukannya sama halnya memlelajari hipnosis asalkan menguasai teknik komunikasi yang baik dan rasa percaya diri. Tidak ada ciri-ciri khusus tentang orang yang memiliki keahlian tersebut.
Selain tidak bicara dengan orang asing, tip apa saja agar kita terhindar dari gendam?
Kuncinya yang paling penting adalah TIDAK MUDAH PERCAYA kepada orang asing. Pada prinsip utamanya, proses hipnosis terjadi karena diri sendiri (self hypnosis). Proses kejahatan yang terjadi dengan kegiatan hipnosis yang mengiringinya bukanlah semata-mata akibat sang korban seketika dibuat “tidak sadar”.
Hal itu memperlibatkan proses penjalinan keakraban antara korban dan pelaku, memanfaatkan iming-iming (rasa senang), memberikan informasi palsu akan adanya ancaman bahaya di sekitarnya (rasa takut), atau kegiatan-kegiatan yang memicu emosional lainnya sehingga korban PERCAYA kepada sang pelaku dan “MENGIZINKAN DIRINYA DIHIPNOSIS” secara tidak langsung, ditambah lagi dengan teknik-teknik membingungkan pikiran sadarnya (confusing), tepukan (shocking), tatapan mata (visual induction), dan hal-hal lain yang biasanya dikombinasikan bersama seperti yang dimuat dalam buku kami.
Namun jika pada proses awal yaitu PENJALINAN KEAKRABAN tersebut tidak terjadi, karena calon korban TIDAK MUDAH PERCAYA dan BERSIKAP KRITIS sambil tetap TENANG, proses gendam tersebut tidak akan dapat dilakukan.
Di buku Anda, ada tip terhindar dari kejahatan dengan visualisasi sinar putih di sekeliling tubuh. Tolong beri penjelasan dan seberapa efektif dan terbukti keberhasilannya?
Visualisasi sinar putih yang dimaksudkan dalam buku bukanlah berarti kita mengakses sesuatu yang irasional, namun hanyalah sebagai sarana Visualisasi sebagai komunikasi kepada pikiran bawah sadar untuk melakukan pemrograman diri dalam bersikap waspada dan tetap tenang. Hal tersebut wajib dipahami dalam konsep KIASAN belaka, sehingga dapat digantikan pula dengan visualisasi PERISAI TEBAL, BENTENG PELINDUNG, dan lain-lain.
Hal ini dimaksudkan dalam tujuan agar seseorang (terutama yang sangat sugestif) dapat menjadi lebih peka dan waspada dalam situasi asing sehingga tidak dapat dimanfaatkan sugestivitasnya untuk hal-hal yang buruk, karena pada dasarnya semua hipnosis adalah self hypnosis (hipnosis terhadap diri sendiri).