Sebagai orang tua mungkin Anda dan pasangan Anda seringkali galau menghadapi anak-anak. Ternyata sungguh tidak mudah bukan mendidik dan mengarahkan mereka. Tenang bapak dan ibu sekalian, yuk, kita kembali mengingat puisi populer dari Kahlil Gibran soal anak:
Anak-Anakmu (Kahlil Gibran)
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka,
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu
Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah diluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.
Nah, jelas bukan orang tua hanya bisa memberikan kasih sayang dan cinta kepada anak-anak. Namun, untuk memaksakan sesuai kehendak dan pikiran kita bukanlah hak orang tua. Anak-anak memiliki masa depan yang berbeda jauh dengan orang tuanya.
Ada baiknya orang tua terus belajar tentang parenting. Memang tidak ada sekolah untuk orang tua, namun banyak referensi yang bisa kita pelajari agar kita tidak galau. Ingat kegalauan berasal dari ketidaktahuan seseorang pada sebuah masalah atau pengetahuan.
Baca Juga:
Cara Mengatasi Anak Suka Membantah
Bukan hal yang mudah menghadapi anak yang tidak menurut dan suka membantah nasihat orangtua. Banyak orangtua yang kerepotan tentang hal ini. Berbagai cara komunikasi sudah coba diperbaiki, tetapi tidak menghasilkan solusi. Bahkan, sampai terpikir apakah anak perlu dirukyah.
Melimpahkan semua kesalahan kepada anak tentu bukan hal yang bijak. Orangtua perlu instrospeksi diri dengan hal ini. Apakah anak sering kali melihat orangtua suka sekali.
Berikut ini tujuh saran untuk menghentikan kebiasaan anak yang suka membantah.
- Menjadikan Diri Orang Tua sebagai Teladan untuk Ditiru Anak
Anak butuh role model dari ayah dan bundanya. Anak-anak mudah sekali meniru perilaku mereka. Anak-anak melihat contoh membantah dari lingkungan di sekitarnya. Apabila kedua orang tua di rumah terbiasa cara-cara berkomunikasi dengan saling bantah, anak anak terinspirasi dan melakukan hal yang sama.
Nah, jika orangtua sudah berperilaku baik, tetapi anak-anak tetap jago membantah, sisirlah kebiasaan pergaulan mereka, termasuk tontonan yang mereka lihat. Sumber peniruan bisa berasal dari mana saja, akses internet ke YouTube dan sinetron televisi mungkin bisa jadi cara mereka belajar.
- Selalu Memberi Penjelasan Akan Selalu Membuat Keadaan Lebih Baik
Belajarlah menjelaskan sebuah peraturan dengan bahasa yang sederhana dan mengapa peraturan itu penting untuk dilakukan. Dengan demikian, anak-anak akan lebih mudah mentaati. Kombinasikan dengan bahasa perasaan atau bahasa kasih sayang agar lebih mengena.
Misalnya, Bunda khawatir kalau kamu main skateboard di jalan raya, kamu bisa tertabrak mobil atau motor. Nanti bunda bisa sedih kalau kamu terluka.
- Mendengarkan Apa yang Sedang Dia Bicarakan
Kesibukan orangtua dan pikiran yang banyak di kepala mereka barangkali menyebabkan anak kesulitan berbicara dengan orangtua mereka.
- Selingan Humor untuk Anak
Pendekatan humor bisa orangtua coba. Jangan langsung marah pada anak jika mereka melakukan tindakan yang tidak semestinya. Terkadang anak malah bisa menangkap humor dibandingkan ujaran perintah langsung.
- Kenali Perasaannya dan Ajarkan untuk Jujur
Biasakah bertanya kepadanya dan berikan kesempatan untuk menceritakan tentang perasaannya.
- Jauhi Siap Otoriter, Jadilah Orangtua yang Demokratis
Seiring berkembangnya anak, sikap otoriter atau merasa paling berkuasa dan menginginkan, menjadi tidak disukai oleh anak.
- Tahan Emosi, Hindari Perdebatan dengan Emosi Tinggi
Perdebatan dengan emosi tinggi dengan anak adalah suatu yang sia-sia. Orangtua akan kehilangan banyak energi dan waktu jika melakukan hal ini. Salah satu efeknya perkataan yang tidak terkontrol bisa melukai diri anaknya.
Bantahan yang dilontarkan anak terkadang membuat emosi kita meninggi, tetapi jangan luapkan emosi kepadanya saat itu juga. Hindari perdebatan karena akan memperburuk jalinan komunikasi dengannya. Lebih baik tunda pembicaraan hingga emosi mereda.
Tujuh kutipan di atas diambil dari buku “Antigalau Mendidik Anak”. Dalam buku ini berisikan cara-cara mendidik anak yang disesuaikan dengan usianya. Pendidikan dalam parenting Islam membaginya menjadi tiga bagian; usia 0-2 tahun, 2-7 tahun, dan 7–10 tahun, dan 10-14 tahun. Dalam buku ini dilengkapi infografis, poster, dan tip yang mudah dibaca dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang jelas menjadi orangtua di zaman now, tidak perlu kagetan, dan perlu waspada terhadap segala perubahan pada diri anak-anak kita. Zaman sudah berubah, tetapi nilai-nilai tetap perlu diajarkan kepada anak-anak. Yuk, belajar parenting melalui buku ini!
Salam parenting.