Istora Senayan- Sabtu, 28 Juni 2008
Bagi generasi muda mungkin nama H. Maulwi Saelan adalah nama yang asing. Namun, untuk sebagian besar generasi tua cukup nama ini akrab dikenal. Ada yang mengenalnya sebagai penjaga gawang PSSI yang spektakuler di zamannya. Ada pula yang mengenal sebagai Wakil komandan Tjakrabirawa. Ada juga yang menyebut sebagai seorang pendidik.
Istora Senayan- Sabtu, 28 Juni 2008
Bagi generasi muda mungkin nama H. Maulwi Saelan adalah nama yang asing. Namun, untuk sebagian besar generasi tua cukup nama ini akrab dikenal. Ada yang mengenalnya sebagai penjaga gawang PSSI yang spektakuler di zamannya. Ada pula yang mengenal sebagai Wakil komandan Tjakrabirawa. Ada juga yang menyebut sebagai seorang pendidik.
Sore tadi mendekati setengah lima sore H. Maulwi Saelan hadir bersama Dr. Asvi Marwan Adam di panggung utama Istora untuk berbincang dan membedah buku Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 45 hingga Kudeta 66 di Pesta Buku Jakarta 2008. Acara yang dimoderatori Mulyono, pemimpin redaksi Visimedia Pustaka ini dihadiri media massa, dosen, anak pejuang, dan beragam generasi.
Bedah buku ini dibuka dengan lagu Indonesia Pusaka yang dipimpin langsung oleh Mulyono. Dan dilanjutkan dengan pemaparan dari Dr Asvi Marwan Adam, seorang peneliti sejarah dari LIPI, sekaligus pemberi kata pengantar dalam buku ini.
Diskusi dalam bedah buku ini berlangsung seru. Dan banyak pengunjung yang ingin bertanya. Pertanyaan-pertanyaan seperti adakah kudeta di tahun 1966, adakah kekuatan asing yang turut campur dalam peristiwa 66 beredar di benak pengunjung bedah buku tersebut?
Menjawab pertanyaan ini, Saelan menyebut adanya ‘kudeta merangkak’ yang dilakukan secara sistematis oleh Soeharto. Hal ini juga dibenarkan oleh Dr Asvi Marwan Adam. Asvi menyebut memang ada ‘arsip’ yang berisi daftar yang alat komunikasi hingga senjata kiriman (digelapkan) dari Amerika yang masuk ke Indonesia menjelang kejatuhan Bung Karno.
Buku kesaksian pejuang asal Makasar ini coba meluruskan kebenaran sejarah yang sering kali mendeskreditkan Bung Karno. Saelan mencoba memberikan kesaksian sebagai orang dekat Bung Karno.
Terkait dengan usia Saelan dan kekuatan memorinya, ada salah satu pengunjung yang ‘meragukan’ penulisan fakta sejarah dalam buku ini. Soal validitas penulisan sejarah dalam buku tersebut, Asvi memang telah mengeceknya dan ia mengatakan kagum terhadap buku ini. Misalnya, soal tahun Olimpiade Berlin, nama Soekiman, dan lain yang telah dicek dalam dokumen koran lama dan ensiklopedia.
Soal persepakbolaan, Saelan mengakui adanya perbedaan pada spirit. Dulu spirit PSSI terbangun dari semangat perjuangan. Nah, soal Euro 2008, Saelan memprediksi Spanyol bakal unggul.
Menurut catatan redaksi Visimedia, buku Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 45 hingga Kudeta 66 mencapai best seller dalam dua minggu. Buku ini karya monumental seorang pejuang lintas zaman.
Bedah buku yang berlangsung hampir dua jam ini ditutup dengan lagu Satu Nusa Satu Bangsa.