Apa yang dialami bangsa Indonesia hari ini adalah hilangnya respek pada pimpinan nasional. Ada dua penyebab terbesar hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, yaitu terbongkarnya skandal bailout Bank Century dan pernyataan tokoh-tokoh lintas agama mengenai 9+9 kebohongan publik pemerintah, yang dikepalai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Permasalahan ini bukanlah hal yang sepele.
Sejatinya, masalah itu dapat diselesaikan dengan tenang oleh pimpinan nasional sendiri. Yang diperlukan hanya kesadaran akan kekurangan, lalu memperbaiki diri, dengan tampil menjadi pemimpin yang sebenarnya: berani mengambil keputusan, tegas dalam memimpin, termasuk terhadap lingkar dekat-nya sendiri. Karena itu, yang diperlukan bukanlah perubahan karakter dan kepemimpinan yang biasa. Tetapi, sebuah revolusi kedirian pimpinan nasional.
Sebagian rakyat tampaknya memilih sikap cuek melihat “fenomena kebohongan pemerintah SBY”. Hal ini berbeda sekali dengan kejadian di Amerika. Ketika Presiden Bill Clinton akhirnya diketahui melakukan kebohongan publik terkait perselingkuhannya dengan Monica Lewinsky, publik marah. Mereka juga marah karena Clinton berulang-ulang membantah melakukan hubungan seksual dengan Monica. Baru setelah dikorek oleh independent investigator yang ditunjuk negara, Clinton akhirnya mengakui perbuatannya yang a moral itu.
DPR Amerika menuduh Clinton telah melakukan kejahatan “obstruction of justice and perjury”. Clinton jelas dituduh telah melakukan kebohongan publik. Tetapi, Clinton berhasil lolos dari jeratan pemakzulan setelah partai Republik dikalahkan oleh partai Demokrat. Upaya menjatuhkan Clinton gagal, terutama karena tidak mendapat dukungan kuat rakyat Amerika. Kenapa? Pemerintah Clinton berhasil gemilang memajukan perekonomian Amerika. Dan, dampak dari perekonomian yang bagus dirasakan sekali oleh setiap rakyat. Bagaimana dengan SBY?
Hal inilah yang menjadikan kondisi rakyat Indonesia semakin gregetan terhadap pemerintahan SBY. Selain telah dikecewakan oleh manuver politik kebohongannya, kondisi ekonomi juga belum mengalami perbaikan yang signifikan, bahkan jalan di tempat. Sangat wajar jika SBY telah dijuluki seperti “bebek lumpuh” karena ketidakberdayaannya menangani berbagai permasalahan yang muncul di tanah air.
Buku Presiden Offside Kita Diam atau Memakzulkan yang ditulis oleh Desmond J. Mahesa ini akan mengurai beberapa titik nadir rezim SBY-Boediono, mulai dari terpaan isu kegagalan pemerintah, tuduhan berbohong, kesalahan administrasi negara yang fatal dalam kasus Jaksa Agung Hendarman Supandji dan pengangkatan Anggota Komisi Yudisial periode 2010—2015, skandal bailout Bank Century, dan terbongkarnya skandal korupsi elite Partai Demokrat melalui ulah wicara M. Nazaruddin, mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat.
Selain itu, di dalam buku terbitan VisiMedia ini, ditambah satu bab yang membahas kasus-kasus pelanggaran hukum ketatanegaraan lainnya, yaitu pelanggaran terhadap perintah Undang-Undang. Kasus-kasus itu “menyandera” lembaga kepresidenan atau pimpinan nasional kita, dan lembaga pengawasannya, yaitu DPR, dalam suatu hubungan penuh curiga. Karena itu, buku ini juga membahas jalan konstitusional untuk mengakhiri kondisi saling sandera tersebut.