Praktik suap penerimaan polisi atau TNI sayup-sayup kita dengar. Nampaknya, praktik ini sudah menjadi rahasia umum. Sementara di sisi lain, masih banyak peserta yang bisa masuk lewat jalur jujur dan murni tanpa kecurangan, sogokan, atau ‘jalur belakang’. Bagi yang terpanggil ingin mengabdi melalui jalur kepolisian dan TNI, kisah-kisah di bawah ini akan membuka mata kita, memberikan inspirasi, serta memompa semangat calon pendaftar polisi dan TNI.
Sebutlah Noer Isal Rizky, seorang anak tamatan SMA. Tidak ada yang menyangka bahwa dahulu Noer bekerja sebagai seorang tukang parkir. Keberanian dalam mewujudkan cita-citanya sejak kecil untuk menjadi seorang polisi, seperti gayung bersambut. Noer lulus tahapan-tahapan tes kepolisian murni tanpa sogokan atau mengandalkan jaringan.
Noer bukanlah dari kalangan ‘berada’. Keluarganya sempat meragukan bisa memenuhi biaya-biaya untuk melancarkan perjalanan saat seleksi pendaftaran. Noer menyakinkan mereka bahwa untuk pendaftaran tidak dipungut biaya sama sekali. Orangtuanya pun mendukung, Noer mencoba mendaftarkan diri di Polres Tangerang. Ia pun berhasil masuk jalur pendaftaran sewajarnya, tanpa suap dan jaringan kenalan. Cita-citanya sejak kecil untuk menjadi polisi akhirnya tercapai. Saat ini, Noer naik pangkat menjadi Bripda.
Sama seperti Noer, Anifta Nuraini terlahir dari keluarga kurang mampu. Ayahnya bekerja sebagai tukang becak dan ibunya menjadi penjual sayuran keliling. Anak bungsu dari enam bersaudara ini memiliki cita-cita yang kuat untuk menjadi polisi wanita (polwan). Kemiskinan tak membuatnya patah dalam menggapai cita-cita.
Sejak kecil, Anifta menyiapkan fisik dengan olahraga lari dan taekwondo. Untuk tes tertulis, ia mempersiapkan diri dengan banyak membaca dan belajar buku-buku tes psikologi. Ia pun menyisihkan waktunya untuk mencari uang yang akan digunakan untuk biaya akomodasi dan tes kesehatan masuk Polri.
Bukan tanpa kendala, karena pada kesempatan pertama ia gagal. Pada tes berikutnya, Anifta datang berbekal persiapan yang lebih matang. Akhirnya, ia berhasil lolos seleksi penerimaan anggota Brigadir Polri Polda Yogyakarta 2015.
Kisah serupa datang dari Eka Yuli Andini. Eka adalah anak seorang tukang tambal ban. Sejak muda, ia membantu orangtuanya bekerja di sela kesibukannya menempuh pendidikan di SMK Negeri 2 Salatiga. Menjelang kelulusan, salah satu gurunya mengabarkan informasi penerimaan Polwan di Semarang. Eka pun mencoba seleksi Secaba Polri. Setelah mengikuti tahapan yang ketat dan kompetitif, ia berhasil diterima secara murni. Bahkan dari 7000 peserta, Eka mendapat peringkat ke-7.
Dari ketiga kisah nyata di atas, kita bisa mengambil hikmahnya. Cita-cita yang diiringi semangat, ketekunan dalam belajar, serta kegigihan mencobanya tanpa takut gagal adalah bagian jalan dari mewujudkan impian. Selain itu, keberuntungan bisa bersambut ketika kesempatan datang dan diiringi kesiapan menggapainya. “Keberuntungan itu dimiliki oleh orang yang mempersiapkan dirinya” demikian qoute penting yang sering kali kita dengan dari Rhenald Kasali.
Nah, agar keberuntungan datang maka siapkan diri jauh-jauh hari, baik fisik (kesehatan), mental, maupun intelektual. Untuk kesiapan tes tulis dengan sistem CAT (computer assisted test) “Buku Babon Lolos Tes TNI POLRI” bisa menjadi bahan rujukan belajar. Buku ini dilengkapi dengan kombinasi antara materi, latihan soal dan pembahasan, serta prediksi soal yang sering muncul.
Selain hadir dalam bentuk cetak, buku terbitan Visimedia ini juga ada dalam wujud ebook dan bisa diunduh di Play Store.
foto: https://www.polri.go.id/tentang-galeri.php