Bagi kaum muda yang terbiasa berorganisasi dan menyukai dunia politik, berwawasan luas, jujur, dan berpihak pada rakyat, pilihan menjadi anggota dewan atau legislatif bisa jadi profesi alternatif. Bahkan oleh para selebritis muda hingga pelawak, menjadi pekerjaan yang kian di lirik. Menjadi anggota legislatif memang menggiurkan dari sisi gaji, tunjangan, dan lain-lain. Bukan rahasia lagi gaji yang biasa dibawa pulang anggota DPR mencapai Rp 48 juta lebih. Namun, bagi yang tidak murni lagi berjuang demi rakyat, soal gaji malah bisa merendahkan martabat mereka. Maka tidak heran bila isu jangan pilih politikus busuk mulai merebak.
Bagi kaum muda yang terbiasa berorganisasi, menyukai dunia politik, berwawasan luas, jujur, dan berpihak pada rakyat, pilihan menjadi anggota dewan atau legislatif bisa jadi profesi alternatif. Bahkan oleh para selebritis muda hingga pelawak, menjadi pekerjaan yang kian di lirik. Menjadi anggota legislatif memang menggiurkan dari sisi gaji, tunjangan, dan lain-lain. Bukan rahasia lagi gaji yang biasa dibawa pulang anggota DPR mencapai Rp 48 juta lebih. Namun, bagi yang tidak murni lagi berjuang demi rakyat, soal gaji malah bisa merendahkan martabat mereka. Maka tidak heran bila isu jangan pilih politikus busuk mulai merebak.
Terlepas soal gaji, tunjangan ataupun soal sorotan negatif akibat citra super buruk di DPR hingga DPRD selama ini, ada isu yang masih segar: kaum muda memimpin. Saatnya kaum muda bergerak dan memimpin bangsa. Mulailah menentukan pilihan, berprofesi di wilayah legislatif bisa jadi "jalan perjuangan". Tapi kalau sudah jadi anggota dewan yang terhormat, harus ingat: jangan "bobo" terus saat rapat atau rajin KKN. Ingat pula citra jadi anggota dewan saat ini sedang terpuruk. Rakyat pesimis di mana-mana, tak lagi percaya pada para pemimpin dan politikus. Maka harapan kuat perlu disegarkan dengan kehadiran generasi muda yang bersih dan alergi meniru generasi tua yang korup.
Kesempatan besar bagi yang ingin terjun di dunia politik praktis kini terbuka lebar menuju pesta demokrasi 2009. Suhu panas kian terasa usai KPU menetapkan 34 partai politik. Nah, selagi belum telat, bagi yang ingin bergabung ke partai politik atau ingin berjuang lewat jalur independen silakan saja.
Berikut ini langkah meraih kursi dewan dalam tahap persiapan:
Psikologis
1. Kesungguhan menjadi anggota dewan
2. Memahami konsekuensinya
3. Memilih parpol yang sesuai
4. Memiliih provinsi yang potensial (DPD)
5. Merumuskan visi dan misi
6. Fokus pencapaian visi dan misi
Matematis
1. Mengukur popularitas
2. Memetakan kekuatan lawan
3. Memahami daerah pemilih
4. Menghitung kemungkinan meraih kursi
Administratif
1. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan
2. Terdaftar sebagai pemilih
3. Terdaftar sebagai anggota parpol (DPR, DPRD)
4. Memenuhi persyaratan dukungan (DPD)
5. Mengikuti seleksi bakal calon
6. Terdaftar sebagai calon sementara
7. Ditetapkan sebagai calon tetap
Langkah maju ke dunia politik di atas diambil dari Buku Pintar Calon Anggota dan Anggota Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) yang baru saja diterbitkan Visimedia Pustaka. Ada dua tahapan lagi yaitu tahap pemantapan dan tahap pelaksanaan. Buku ini dilengkapi CD Undang-undang dan peraturan tentang pemilu, penyelenggaraan pemilu dan parpol. Buku ini disusun oleh Markus Gunawan, SH, MKn.
Dalam buku ini diulas soal etika, hati nurani, dan moralitas, buku-buku yang perlu dibaca oleh calon anggota, dan anggota dewan, cara menjadi anggota DPR atau DPD yang tangguh. Selain itu gambaran umum persyaratan umum calon anggota DPR, DPD, dan DPRD, ilustrasi DPD sebagai wakil daerah dipaparkan dalam buku ini. Sebagai penasehatan dalam penyusunan buku ini antara lain Dr. Gayus Lumbuun, SH, MH (anggota DPR RI), Benny Horas Panjaitan (Anggota DPD RI), dan John Richard Tulenan (anggota DPRD Provinsi Riau). Dibahas pula soal korupsi berjamaah, reposisi peran DPR dan DPD, dan eksistensi perempuan dalam politik.
Bagi Anda yang ingin mencalon jadi anggota dewan (legislatif) ataupun yang telah menjadi anggota dewan, buku ini pantas diapresiasi dan dibaca.