Dalam beberapa tahun terakhir di minat baca masyarakat Indonesia meningkat pesat. Tidak sedikit buku terbit dan kemudian best seller alias laris manis di pasaran, serta jadi bahan pembicaraan publik.
- Terbitan dalam negeri: Jakarta Undercover, Ayat-ayat Cinta, ESQ, Laskar Pelangi, Kambing Jantan, Radikus Makan Kakus, IPDN Undercover (Inu Kencana)
- Terjemahan dari luar: La Tahzaan, Harry Potter, dan komik-komik terjemahan dari Jepang.
Terlihat mayoritas buku best seller adalah genre FIKSI, kecuali ESQ dan IPDN Undercover. Bagaimana dengan buku-buku sejarah?
Ada beberapa buku sejarah yang juga menyedot perhatian.
- Sebut saja Mein Kampf (Hitler) dan buku-buku tentang sejarah NAZI
- Roman sejarah: Arok Dedes dan Arus Balik (Pramudya Anantatur), Seri Gajah Mada (Langit K. Haryadi, 5 judul).
- Buku-buku sejarah penunjang pelajaran, seperti seri tokoh pahlawan nasional.
- Buku sejarah yang sifatnya umum. Visimedia mencoba menerbitkan 40 Diktator Zaman Modern, 28 Kisah Tragis Para Penguasa, dan 7 Tokoh Kunci Nazi. (lumayan laku)
Hingga saat ini, di Indonesia belum ada buku sejarah yang boom atau best seller luar biasa seperti yang telah disebutkan. Mengapa?
Faktor yang Membuat Buku Sejarah Kurang Diminati
-
Mungkin kesadaran membaca buku sejarah masih kurang.
- Buku sejarah dikemas atau disampaikan kurang menarik.
- Tidak hal baru yang disampaikan penulisnya.
- Timing-nya kurang tepat, tidak tren.
- Kurang promosi.
- Faktor X
- Bagaimana solusinya?
- Tugas dan tanggung jawab siapa?
- Bagaimana caranya?
- Prospeknya kira-kira seperti apa?
Solusi
- Penulisan buku sejarah yang berkualitas sudah seharusnya menjadi tugas dan kewajiban para penulis sejarah atau sejarawan.
- Penerbit berhak menerbitkan buku-buku sejarah yang berkualitas dengan sentuhan art yang up to date, baik dari sisi editing, setting, maupun cover design.
- Penulis dan penerbit berkoordinasi atau berkerja sama melakukan promosi yang baik dan berkesinambungan.
Solusi ini bisa terwujud jika penulis mau dan mampu:
- Menulis dan mengemas tulisannya dengan baik.
- Memahami tren yang terjadi di masyarakat.
- Memahami pangsa pasar atau sasaran (konsumen) dari buku yang ditulisnya.
- Menampilkan sesuatu yang baru. Ingat buku The Peasant Revolt in Banten 1888 (Sartono Kartodirdjo).
- Jika perlu revolusioner, radikal, dan mampu menulis sesuatu yang kontroversial (ingat karya-karya Pramoedya Ananta Toer).
- Setelah bukunya terbit, baik secara pribadi maupun bersama penerbit, penulis bersedia mempromosikannya dengan baik.
Prospek
Jika kita semua mau mencermati fenomena semakin meningkatnya minat baca dan melakukan upaya-upaya solusi dengan semestinya, tidak mustahil pada masa yang akan datang buku-buku sejarah menjadi:
- Buku yang sangat dibutuhkan masyarakat.
- Best seller dan tidak kalah dari genre buku-buku lain.
Efeknya, penulis kebanjiran royalti dan kaya raya.
- Belajar, belajar, dan belajar.
- Membaca, membaca, dan membaca. Apa saja, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
- Menulis, menulis, dan menulis. Penulis bukan penulis jika tidak menghasilkan karya tulis.
- Berorganisasi untuk melatih kepekaan sosial sekaligus ketajaman analisis terhadap permasalahan dan tren di masyarakat.
- Memanfaatkan internet sebagai media untuk menambah ilmu, pengetahuan, dan wawasan.
- Mengubah mindset dan orientasi, bahwa sarjana harus menjadi pegawai negeri menjadi sarjana yang berprestasi dengan bisa mempersembahkan karya tulis yang bermanfaat bagi pribadi dan masyarakat.
Selamat Menjadi Penulis Buku Best Seller
Untuk Calon Para Penulis