Bantulah mereka menemukan potensi besar yang terdapat di dalam dirinya. Salah satunya ialah jangan membunuh impian mereka melalui metode yang salah. Misalnya, ketika mereka menjawab astronot, pilot, dokter, insinyur, atau guru, pada saat ditanya tentang cita-cita mereka pada usia di bawah lima tahun. Kenyataannya, impian mereka kita hancurkan pada usia 6—10 tahun. Mengapa bisa begitu?
Berdasarkan hasil penelitian, usia di bawah lima tahun dipercaya sebagai usia emas. Usia tersebut merupakan usia emas dalam impian anak. Setelah melewati usia lima tahun, dan mulai masuk SD, pelajaran pun mulai serius. Bangun harus lebih pagi dan mulai ada banyak pekerjaan rumah. Ketika anak tidak mau bangun pagi, orangtua sering berkata, “Kalau mau jadi astronot, harus bangun pagi.” Pernyataan ini juga terus berlangsung ke hal lainnya, “Kalau mau jadi astronot, harus rajin belajar.” Atau “Kalau mau jadi astronot, jangan tidur malam-malam.” Akhirnya, sang anak berpikir bahwa jadi astronot itu sulit.
Setelah itu, jika ditanya tentang cita-citanya kembali, anak akan mengubah impiannya dari semula. Misalnya, dari astronot menjadi pilot. Namun, rutinitas pernyataan orangtua ikut menyesuaikan diri, “Kalau mau jadi pilot, harus bangun pagi.”, “Kalau mau jadi pilot, musti rajin belajar.” Atau, “Kalau mau jadi pilot, jangan tidur malam-malam.” Akhirnya, sang anak menyerah. Ketika ditanya kembali apa cita-citanya, anak mengangkat bahu dengan acuh tak acuh. Sepertinya anak kapok memiliki cita-cita karena dirasa telah membebani hidupnya.
Anak tidak perlu ditekan keras untuk menjadi pintar dan maju. Yang terpenting ialah membukakan potensi dirinya, membantu mengembangkan minatnya, memfungsikan kecerdasan otaknya, dan memberikan berbagai stimulasi positif demi perkembangan alam bawah sadarnya. Semua anak memiliki peluang menjadi seperti Einstein, Thomas Alfa Edison, Bill Gates, B.J. Habibie, atau Steve Jobs. Benarkah seperti itu? Benar.
Jika Anda ingin tahu caranya, silakan intip metodenya di dalam buku “Mencetak Superman Masa Depan” terbitan VisiMedia. Buku ini akan mengajak Anda memahami anak sebagai anugerah yang memiliki potensi dahsyat yang bisa dikembangkan menjadi seorang yang jenius. Di dalamnya, Anda akan menemukan banyak hal mengejutkan tentang pendidikan anak dan mengetahui hal apa saja yang terbaik untuk anak.
Buku ini ditulis oleh Ir. Hartono Sangkanparan yang juga akan membantu menemukan berbagai kesalahan fatal yang sebagian besar masih sering dilakukan oleh orangtua atau pengajar. Ia juga memberikan teknik penerapan prinsip-prinsip kecerdasan manusia agar anak menjadi lebih menghargai dan menghormati orangtua dan guru. Lebih jauh lagi, penulis juga memberikan teknik tepat dalam mencetak kecerdasan finansial untuk anak. Harapannya, agar anak Anda dapat menjemput masa depannya dengan bekal kecerdasan dan ilmunya sehingga menemukan kesuksesan.
Posisi salah dalam menyusui akan berdampak bayi tidak cukup mendapat asupan ASI. Efeknya bisa menyebabkan…
Dalam rangka menyambut new year & lunar new year 2020, setiap pembelian buku masakan terbitan…
Dalam rangka menyambut new year & lunar new year 2020, setiap pembelian buku parenting terbitan…
Foto http://ad.rekrutmen-tni.mil.id/ Ini panggilan khusus dari negara untuk kamu yang saat ini berusia 17--22 tahun.…
Berbincang “Kari”, bisa mengacu pada tiga makna. Pertama, kari sebagai masakan. Kedua, nama daun Kari.…
Banyak jenis puding yang biasanya terbuat dari bahan agar-agar. Untuk resep kali ini, puding tidak…