Shopping Cart

Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Blog

Rahasia Sukses Bisnis Orang Tionghoa

Selain menginpirasi, Bisnis orang Tionghoa selalu menarik untuk dikaji. Ingin tahu rahasia sukses bisnis orang Tionghoa? Berikut hasil wawancara via email dengan Liem Yoe Tjwan, penulis buku Mengikuti Jejak Bisnis Menggiurkan Orang Tionghoa (VisiMedia, 2009).

Apa filosofi berdagang orang Tionghoa?

Filosofi orang Tionghoa  yang paling kental terlihat adalah hidup hemat, bekerja keras, dan putarkan uang yang ada.
Memang jika kita cermati di masyarakat ada banyak juga orang Tionghoa yang tidak menerapkan filosofi tersebut. Namun, jika kita jeli maka kita akan melihat bahwa di antara sekian
banyak orang Tionghoa yang saat ini menikmati kesuksesan finansial yang dirintis dari nol, sebagian besar diantara mereka pasti menerapkan 3 buah filosofi tersebut.

Apa yang membuat orang Tionghoa tergerak dan memilih hidupnya sebagai pedagang?

Disini kita melihat antara pilihan dan tekanan bedanya sangat tipis. Sebagian besar orang Tionghoa    pada mulanya menjalani hidup berdagang karena mereka tidak mendapatkan peluang yang sama untuk berkecimpung di bidang lain. Diskriminasi yang sering dialami oleh orang Tionghoa di  Indonesia memaksa mereka mencari peluang yang lain. Salah satu yang paling memungkinkan adalah berdagang. Seiring berjalannya waktu mereka memilih berdagang bukan karena keterpaksaan lagi, namun memang karena hasil yang bisa dicapai dari bisnis perdagangan ternyata jauh lebih besar jika dibandingkan hasil yang didapat sebagai karyawan pada umumnya.

Betulkah soal dagang atau bisnis adalah soal keturunan dan ras yang unggul dalam dagang adalah Tionghoa ?

Tidak betul jika ada yang mengatakah bahwa semua orang Tionghoa lebih hebat dari ras manapun dalam bidang bisnis. Dari setiap suku pasti selalu ada yang menjadi pedagang dan menjadi kaya. Mengapa orang Tionghoa di Indonesia lebih banyak yang sukses di bidang bisnis? karena mereka
berkumpul. Jika kita berkumpul dengan pedagang maka kita lebih cenderung menjadi pedagang. Jika kita berkumpul dengan karyawan maka kita lebih cenderung menjadi karyawan. Orang Tionghoa di Indonesia jumlahnya sedikit dan mereka cenderung berkumpul, karena sebagian besar anggota perkumpulan mereka memiliki profesi sebagai pedagang maka sampai sekarang hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan. Coba lihat di negara China, di sana orang Tionghoa yang jadi gelandangan, pengemis, bahkan penjahat juga banyak. Saya harap apa yang saya tulis ini bisa membangkitkan siapa pun untuk mengubah mindset. Siapa pun bisa sukses berbisnis asalkan ada kemauan dan terus menerus belajar.

Mengapa orang pribumi memiliki kecenderungan enggan memilih hidup sebagai pedagang?

Ketika menjalani hidup sebagai pedagang tentunya ada modal yang harus dikeluarkan dan juga ada risiko yang harus ditanggung ketika gagal. Pedagang tidak memiliki penghasilan tetap… kadang omzet banyak, kadang sedikit, bahkan kadang tidak ada omzet sama sekali. Hal tersebut sangat
tidak disukai oleh sebagian besar orang sehingga sebagian besar orang tersebut lebih memilih profesi lain yang menjanjikan penghasilan tetap, meskipun sedikit.

Mengapa orang Tionghoa  sepertinya punya keberanian lebih dan pemahami kunci berbisnis?

Sebetulnya tidak ada kelebihan yang cukup berarti yang dimiliki orang Tionghoa. Satu-satunya kelebihan adalah sebagian besar dari mereka sangat disiplin menerapkan 3 prinsip utama yaitu bekerja keras, hidup hemat, putarkan uang yang ada. Itu saja….

Bagaimana caranya agar orang berani mengambil resiko-resiko besar dalam berbisnis? Cara melewati fase ini bagaimana?

Orang Tionghoa cenderung dikatakan lebih memiliki nyali. Hal tersebut boleh dikatakan benar namun perlu diingat bahwa hal tersebut bisa dilatih. Caranya melatih adalah dengan memfokuskan apa yang kita lakukan pada keuntungan yang bisa diraih. Ketika kita bisa melihat keuntungan tersebut
maka hal berikutnya adalah kita harus memiliki dua buah pemikiran, yaitu jangan takut dan jangan menyesal. Kita tidak boleh takut untuk bertindak. Apa pun hasilnya kita tidak boleh menyesal.

Untuk bisa memiliki keberanian atau nyali dalam berbisnis tersebut perlu langkah awal yaitu mengubah mindset kita. Banyak orang tidak bisa memiliki nyali dalam berbisnis karena pikiran mereka selalu bertanya, ‘Kalau gagal  gimana? Kalau rugi gimana? Kalau tidak berhasil gimana?’ Orang Tionghoa     yang sukses selalu bertanya dalam pikirannya, ‘Bagaimana caranya untung? Berapa peluangnya?’ Intinya di sini adalah fokuskan pikiran kita pada keuntungan yang bisa kita dapatkan.

Dalam buku Anda, disebutkan Franchice bisa untuk bisnis sampingan. Bukankah berbisnis harus total dan tidak boleh setengah-tengah apalagi sampingan?

Franchise bagi pengelola adalah bisnis utama namun franchise bagi pemilik modal adalah bisnis sampingan. Dalam buku saya disebutkan bahwa kita bisa membeli franchise ketika kita memiliki sumur penghasilan utama terlebih dulu. Kelebihan dana tersebut bisa kita investasikan dalam bentuk
franchise. Yang saya maksud di sini adalah franchise yang benar. Saat ini ada begitu banyak bisnis mengatasnamakan franchise padahal bisnis tersebut belum layak disebut franchise. franchise yang benar adalah yang sudah melewati masa-masa yang panjang, memiliki sistem dan tidak perlu campur
tangan pemilik modal.

Apa satu kesimpulan penting yang ingin Anda sampaikan dalam buku Anda?
Semua orang bisa sukses asal tahu caranya dan mau mempraktekkannya.

Apa pesan Anda untuk para pebisnis pemula atau yang ingin berwiraswasta di zaman serba susah ini?
Jangan takut dan jangan menyesal. Jika mengalami kegagalan, bangkitlah satu kali saja lebih banyak dari jumlah kegagalan Anda.

Bookmark and Share

Write a Reply or Comment