Shopping Cart

Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Blog

Launching Buku Women Self Defense

wsd1

wsd1Bicara tentang modus kejahatan tentu sangatlah beragam, mulai dari perampokan, pelecehan seksual, penipuan di dunia maya, hipnotis, hingga iming-iming hadiah. Ironisnya, yang kerap menjadi korban adalah perempuan, karena mereka dianggap tidak memiliki keberanian untuk melakukan perlawanan diri.

Inilah yang menjadi topik perbincangan menarik di Toko Buku Leksika Kalibata City, Minggu (20/05), dalam acara bedah buku Women Self Defense hasil kerja sama antara Kenet Media, Visimedia, dan Arun Women Self Defense.

Buku ini ditulis oleh Muthia Esfand, seorang traveler dan juga instruktur women self defense yang telah berpengalaman puluhan tahun. Sang penulis mengajak para peserta untuk berbagi pengalaman tentang kejahatan-kejahatan yang pernah mereka alami, baik di angkot, bus, kereta api, ataupun di jalanan. Meski peserta bedah buku difokuskan untuk perempuan, tetapi ada juga beberapa pria yang turut hadir dalam acara tersebut.

wsd2Menurut penulis, hal yang perlu dimiliki oleh seorang korban ketika mengalami tindak kejahatan adalah bagaimana menguasai diri terlebih dahulu, yaitu membuat diri tenang. Caranya bisa bermacam-macam, seperti dengan menarik nafas atau menghitung langkah sampai tiga kali. Setelah itu baru pikirkan langkah selanjutnya.

Hal penting lain yang harus dimiliki seorang korban adalah kepercayaan diri meskipun mereka tidak memiliki kemampuan apa-apa dalam hal bela diri. Ketika korban percaya diri, ia dapat berpikir cepat dalam mengambil keputusan untuk lari atau memberikan perlawanan sebisa yang ia punya.

Banyak hal yang diungkapkan dalam buku Women Self Defense ini. Salah satunya adalah beberapa tip pemanfaatan atas benda-benda yang umumnya dimiliki perempuan untuk melakukan perlawanan jika ada penjahat yang menyerangnya. Benda-benda tersebut bisa berupa peniti, payung, sepatu high heel, ataupun paper spray khusus yang dapat disemprotkan ke mata penjahat untuk mengelabuinya sementara waktu.

Tidak hanya itu, perempuan juga harus melek hukum agar mereka dapat mengambil tindakan yang tepat ketika mengalami tindak kejahatan.

wsd4Selain Muthia Esfand, dalam diskusi tersebut turut hadir instruktur Arun Women Self Defense lainnya, Ajeng. Di sini, Ajeng memeragakan gerakan-gerakan pertahanan diri yang dapat dipelajari oleh setiap perempuan ketika mendapat serangan dari pelaku kejahatan.

Hal lain yang perlu dipelajari oleh perempuan adalah titik-titik rawan dalam tubuh manusia yang dapat dilumpuhkan untuk menghindari serangan pelaku kejahatan.

Diskusi semakin menarik dengan muculnya berbagai pertanyaan dari para peserta. Tidak hanya itu, mereka juga berbagi pengalaman, tip yang pernah mereka lakukan, dan cerita tentang modus-modus kejahatan terbaru yang mereka temui ketika melancong di dalam dan luar negeri.

Ada yang berpendapat, sebelum berpergian kita harus menguasai tempat yang akan kita kunjungi, mulai dari kejahatan-kejahatan yang biasa terjadi hingga lokasi-lokasi rawan kejahatan di daerah tersebut.

wsd3Ajeng juga menambahkan bahwa setiap perempuan harus punya keberanian untuk melawan, salah satunya dengan cara menggertak lawan sehingga ada kemungkinan mereka tidak berani untuk meneruskan niat jahatnya.

Sekitar pukul 15.30 WIB, acara bedah buku berakhir. Penulis memberikan kesempatan kepada peserta untuk berinteraksi dengan komunitas Arun Women Self Defense dengan memberikan alamat email, twitter, dan kontak person sebagai fasilitasi jika ada peserta yang ingin mempelajari bela diri lebih lanjut. (Elvira Suryani)

Write a Reply or Comment